Sekjen Kemenag: Pengembangan Kelembagaan PTKN Jangan Terjebak Formalisme Institusional

By Admin

nusakini.com--Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri terus bergeliat. Seiring meningkatnya antusiasme mahasiswa yang ingin belajar, PTKN terus melakukan berbenah untuk melakukan pengembangan, dari sekolah tinggi menjadi institute, lalu universitas. 

Semangat perubahan dan pengembangan yang sama juga dirasakan oleh civitas akademika Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN). Akan hal ini, Sekjen Kemenag Nur Syam mengingatkan bahwa pengembangan kelembagaan tidak boleh hanya dimaknai dengan perubahan institusi, misalnya dari sekolah tinggi ke institute dan dari institute ke univesitas. 

"Jika ini yang dimaksud, maka kita terjebak pada formalisme institusional. Perubahan seperti ini penting, tetapi yang lebih mendasar adalah perubahan mindset para pengelola lembaga pendidikan agar institusi itu melakukan lompatan perubahan terkait dengan tantangan zaman," demikian penegasan Nur Syam saat mengisi Stadium General di STAHN Palangkaraya, Jumat (227).

Hadir dalam acara ini, Ketua STAHN Palangkaraya, Prof. Dr. Subagiasta, para Wakil Ketua, jajaran pimpinan, dosen dan tenaga kependidikan, serta mahasiswa STAHN. Hadir juga Kepala Kanwil Kemenag Kalimantan Tengah, serta Rektor IAIN dan Ketua STAKN Palangkaraya. 

Menurut Nur Syam, formalisme institusional merupakan pemikiran bahwa yang penting adalah wadah, bukan isi. Padahal wadah yang besar seharusnya berisi sesuatu yang besar. Jika dalam wadah besar tidak terdapat isi yang besar dan berbasis pemikiran besar, maka hal ini akan menimbulkan ketidaksesuaian antara wadah dan isi. "Jangan sampai gambarannya adalah old wine in new bottle. Wadahnya saja yang berubah sementara isinya sama saja," kata Nur Syam disambut tepuk tangan hadirin. 

Kebijakan Kemenag dalam transformasi institusi, menurut Nur Syam mengarah pada wadah baru dengan isi baru. Dalam kerangka ini, civitas akademika dituntut dapat membangun kebersamaan untuk mengembangkan program studi, melakukan revitalisasi kurikulum, melakukan penguatan silabi dan juga merekonstruksi pola perkuliahan agar lebih bersearah dengan pendidikan berbasis liberal art. Di sinilah diperlukan lompatan, misalnya dengan mengembangkan program studi yang relevan dengan sekolah tinggi kita dan menyepadankan dengan kepentingan masyarakat. 

"Lompatan yang saya maksud adalah bagaimana lembaga pendidikan menyiapkan alumninya untuk dapat hidup di tengah zaman yang makin kompleks. Jangan sampai alumni pendidikan tinggi kemudian justru membebani masyarakat karena keberadaannya," ujarnya. 

"Tinggalkan kurikulum konvensional untuk menuju kurikukum berbasis penguatan kapasitas alumni. Lakukan rekonstruksi kurikulum agar kurikulum kita berselaras dengan kebutuhan masyarakat tanpa meninggalkan core business kita yang sesungguhnya," tambahnya. 

Hal kedua yang dipesankan Nur Syam terkait bagaimana menciptakan lingkungan akademik di PTKN. Menurutnya, academic environment merupakan konsep lama, namun belum dijadikan rujukan untuk mengembangkan lembaga pendidikan tinggi. Selama ini, institusi pendidikan tinggi di Indonesia tidak lebih dari sistem kepanjangan pendidikan menengah, terutama dalam system pembelajaran, evaluasi dan juga pengembangan ko-kurikulernya. Cara dosen memberikan kuliah masih seperti guru SLTA, datang, ceramah, tanya jawab, dan di akhir semester ada ujian. "Pola ini terus berlangsung dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi," katanya. 

Ke depan, Nur Syam berharap ada perubahan proses pembelajaran di mana mahasiswa diberi peluang untuk menemukan sesuatu atau to invent atau to discover. Basis temuan ini kemudian dijadikan tema-tema diskusi di dalam perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat berpikir kritis dan analitis tentang ilmu yang dipelajari. 

"Meski STAHN adalah sekolah tinggi keagamaan, tetapi ruang untuk menemukan atau memperoleh temuan baru berdasar atas pikiran kritis dan analitis sangat penting. Jadi tidak lagi mahasiswa diminta untuk menghafalkan perkuliahan seperti siswa SLTA untuk menghafal pelajaran dan akhirnya mereka lulus ujian," tandasnya. (p/ab)